Senin, 10 Mei 2010

Lelaki dalam Kata-kata

Mengapa harus seperti itu?
Lelaki dalam kata-kata
Terjebak dalam makna yang mengambang
Pada akhirnya luruh,
Luruh pada Oktober yang hanya diam

Begitulah dirimu,
Hilang ketika hadir sesaat
Sebagai mimpi yang terpotong
Ada yang terkais untuk kubungkus
Tidak untuk dilupakan
Bukan untuk dibuang
Jengah pula untuk dilihat
Karena ruangku telah sesak

Apapun itu,
Aku pernah menanti kepulanganmu
Menunggu kata di gerbang malam
Lelakiku,
Saat itulah
Kau berada pada titik jenuh
Pergilah...........

-Malang, 2008/AmboinaShan.



Ini adalah puisi karya temanku yang berada nun jauh di sana, di pulau yang -sepintas- mirip dengan huruf romawi ke sebelas. Teman seperjuangan semasa bertarung dengan kata-kata dan melambung bersama layang-layang.

Aku dan dia, memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memuja makhluk lelaki -tanpa melupakan keindahan wanita. Cerita pendek (cerpen)-nya yang berjudul Lelaki dan Layang-layang yang pernah dimuat di koran Jawa Pos 2008 adalah salah satu bentuk apresiasi tingginya kepada sang makhluk lelaki.

Lama sebelum dia, aku telah pernah menulis beberapa puisi yang begitu membanggakan kaum lelaki. Aku dan dia, sama-sama mengolaborasi satu cinta dan perasaan untuk meleburkan diri dalam kata-kata penuh makna.

Aku dan dia, tak pernah saling bertanya apa sebab kita mengapresiasi tinggi kaum lelaki. Hanya kata kita yang mampu menerawang jawabannya. Lelakiku... Lelakinya... memang tak akan sama. Aku dan dia saling berdoa, semoga lelaki kita adalah satu-satunya perisai tertangguh yang pasti kita miliki.

Lelakiku, adalah pendamping hidupku hingga akhir hayatku. Lelakinya, adalah pendamping hidupnya hingga akhir hayatnya. Aku dan dia hanya mampu berkata lirih dalam hati, bahwa kami hanya mencintai lelaki kami. Bukan lelaki orang lain. Semoga bahagia.



Salam sayang dari jauh, dari aku dan lelakiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar