Rabu, 30 Juni 2010

Tipe Manakah Anda, Pemikir atau Pekerja?

TAHUKAH Anda bahwa tipe kepribadian seseorang bisa digunakan untuk membantunya mendapatkan pekerjaan atau karier idaman? Cari tahu tipe kepribadian Anda dan tiru bagaimana tipnya.

Menurut teori psikologi yang ada dan sudah diterima di kalangan luas, ada tujuh tipe kepribadian manusia. Setiap manusia pasti mewakili salah satu dari tipe tersebut. Ada pekerja, pemikir, penolong, sampai kreator.

Tipe-tipe ini bisa dianalisa untuk menentukan bagaimana sebaiknya orang tersebut mencari pekerjaan yang tepat untuknya. Berikut tujuh tipe kepribadian tersebut beserta solusi pencarian kerjanya, seperti dikutip dari livecareer.com.

Pekerja (realistis)

Tipe seperti ini adalah tipe orang yang puas jika berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Mereka suka kegiatan fisik dan bekerja dengan tangannya. Karena tipe pekerja adalah orang yang termotivasi jika mendapatkan pujian, psikolog sosial Rachelle J Center, penulis Make the Right Career Move menyarankan agar orang dengan tipe ini menetapkan target per hari atau per minggu.

Misalnya dengan membuat target menyelesaikan tiga pekerjaan per hari. Jangan lupa juga untuk melakukan penyegaran dengan bersantai atau melakukan hobi agar saat kembali bekerja, pikiran dan tenaga bisa kembali segar.

Pemikir (investigator)

Mereka adalah orang yang selalu penasaran dengan apa yang terjadi di dunia.Mereka adalah orang yang senang menganalisa dan menggunakan berbagai metode untuk memecahkan masalah.

Gunakan rasa keingintahuan dan daya analisa tersebut untuk mencari perusahaan dan posisi yang baik bagi masa depan Anda. Jika sudah menemukannya, tonjolkan kualitas diri dengan membuat surat lamaran yang tak biasa dan mampu menarik perhatian perusahaan tersebut.

Persuader (orang yang persuasif)

Mereka adalah orang-orang yang senang berbincang dan memengaruhi orang lain. Karena itulah, penampilan mereka tampak percaya diri dan memiliki kualitas sebagai seorang pemimpin.

Orang-orang seperti ini, menurut Canter, adalah orang yang pandai mencari celah dan mampu mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Mereka bisa menjual kelebihan mereka saat sedang melakukan networkingatau wawancara kerja.

Koordinator

Mereka adalah orang yang peduli terhadap detail. Mereka senang mengorganisasi dan ingin semua hal berjalan dengan lancar. Karena mereka adalah orang yang mampu mengumpulkan semua elemen hingga menjadi sebuah sistem yang berjalan efektif, elemen-elemen atau orang-orang yang bekerja di bawah panduannya ialah harta tak ternilai.

Jalin kerja sama yang baik dengan orang-orang itu karena mereka adalah jalan bagi perkembangan karier atau bisnis bagi tipe koordinator.

Kreator (artistik)

Mereka adalah orang-orang dengan pemikiran yang orisinal, kreatif, dan mudah menyesuaikan diri. Mereka juga senang berpikir out of the box.

Gunakan kelebihan beradaptasi saat mencari pekerjaan. Jangan ragu mencari pekerjaan di luar latar belakang pendidikan atau pekerjaan yang sama sekali baru karena pekerjaan baru tersebut bisa jadi akan membuat pikiran Anda semakin kreatif.

Penolong

Mereka adalah orang yang punya jiwa sosial tinggi,senang membantu orang lain, dan senang memberi saran bagi kebaikan orang lain. Cari tahu apa saja hal yang bisa dilakukan untuk membantu perusahaan tempat melamar kerja.

Cantumkan beberapa ide yang bisa diberikan ke perusahaan tersebut dan cantumkan di surat lamaran. Jika dipanggil, presentasikan ide-ide tersebut di hadapan mereka.

Pembantu

Mereka punya tingkat kesabaran yang tinggi dan senang menolong orang lain demi kenyamanan dan kebutuhan orang tersebut. Kebaikan dan ketulusan tersebut akan menarik simpati banyak orang dan bisa menjadi pintu bagi kesuksesan seorang bertipe pembantu.


sumber: http://news.id.msn.com/okezone

Selasa, 01 Juni 2010

Ijinkan Aku Menciummu, Ibu...

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore.

Setiap hari, aku 'dipaksa' membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan.

Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu.

Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah.

Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga. Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter di depannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya.

Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan, dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki, dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas, dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do'a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shalehah dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu.

Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu.

Aku akan datang dan menciummu Ibu..., meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.



SELAMAT HARI MERINDUKAN IBU....
SETIAP HARI SELALU RINDU...



sumber: dari blog tetangga