Dedy Ranggameda, siapa yang tak tahu sepak terjangnya di dunia pensil, kertas, bahkan komputer desain? untuk urusan corat-coret indah, serahkan pada satu orang ini. Lulusan Politeknik Perkapalan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya angakatan 1995 ini memang menggemari dunia karikatur, suka corat-coret alias menggambar.
Ayah dari Salvina ini sekarang -masih- bekerja di penerbit dan toko buku PT JePe Press Media Utama (Jawa Pos Group) Surabaya sebagai ilustrator dan layouter (desain).
Tapi ini kali dia mulai belajar menjajah dunia kata (of course masih berhubungan dengan pensil dan kertas).
Ini nih karyanya yang berbentuk tulisan.
Berikut isi tulisan di gambar tersebut, supaya bisa dibaca dengan jelas:
pagi kemarin aku masih bermain air di pantai
bersama anak dan istriku
kulempar batu menghantam ombak
menertawai burung camar yang serak berteriak
semalam tadi masih kubaca koran
berita soal pembantaian
orang yang tewas oleh peluru
dan tajamnya pisau pembunuh
antara dua penguasa yang mengaku- aku
memiliki ranah nenek moyangku
pagi ini saat kuterbangun
oleh tangisan buah hatiku
dan sapaan manja istriku
terdengar gemuruh nan pilu
dari bibir pantai pulauku
tak sempat ku terhenyak
air bah itu menghantam galak
meluluhlantakan apa yang kusiapkan
untuk anak cucuku kelak
entah ...........
dimana istriku
entah ...........
dimana anakku
jemariku tak bisa lagi menyentuhnya
mata ini tak bisa lagi memandangnya
telingaku tak bisa lagi mendengar suaranya
bahkan aku tak lagi merasakan keberadaannya
hanya jutaan liter air merasuk tubuhku
menyusup dalam pori dan paru- paruku
menuntun aku tanpa belas kasih
menghantam semua benda yang kutemui
aku terbujur kaku
dalam kegelapan
dengan tanganku yang mencoba menggapai
harapan kehidupan
serta tatapan mata berharap kemuliaan
dalam gelap...
dingin.......
anyir.......
sunyi.........
aku gumamkan ribuan juta pertanyaan
pada Yang Maha Esa
Kenapa...?.....mengapa.....?
aku bersyukur
tuhan memanggilku
dengan rengkuhan kuasanya
bukan karena desingan peluru
atau tajamnya pisau pembunuh
aku bersyukur
dalam gelap liang kuburku
kudengar lamat
jutaan saudaraku berdoa untukku
..........................................................
Innalillahi wa inna illahi rojiun
bersama anak dan istriku
kulempar batu menghantam ombak
menertawai burung camar yang serak berteriak
semalam tadi masih kubaca koran
berita soal pembantaian
orang yang tewas oleh peluru
dan tajamnya pisau pembunuh
antara dua penguasa yang mengaku- aku
memiliki ranah nenek moyangku
pagi ini saat kuterbangun
oleh tangisan buah hatiku
dan sapaan manja istriku
terdengar gemuruh nan pilu
dari bibir pantai pulauku
tak sempat ku terhenyak
air bah itu menghantam galak
meluluhlantakan apa yang kusiapkan
untuk anak cucuku kelak
entah ...........
dimana istriku
entah ...........
dimana anakku
jemariku tak bisa lagi menyentuhnya
mata ini tak bisa lagi memandangnya
telingaku tak bisa lagi mendengar suaranya
bahkan aku tak lagi merasakan keberadaannya
hanya jutaan liter air merasuk tubuhku
menyusup dalam pori dan paru- paruku
menuntun aku tanpa belas kasih
menghantam semua benda yang kutemui
aku terbujur kaku
dalam kegelapan
dengan tanganku yang mencoba menggapai
harapan kehidupan
serta tatapan mata berharap kemuliaan
dalam gelap...
dingin.......
anyir.......
sunyi.........
aku gumamkan ribuan juta pertanyaan
pada Yang Maha Esa
Kenapa...?.....mengapa.....?
aku bersyukur
tuhan memanggilku
dengan rengkuhan kuasanya
bukan karena desingan peluru
atau tajamnya pisau pembunuh
aku bersyukur
dalam gelap liang kuburku
kudengar lamat
jutaan saudaraku berdoa untukku
..........................................................
Innalillahi wa inna illahi rojiun
------------------------------------------------------------------------
Bila ku bertugas
Tak Usah dinda cemas
Aku pergi demi negara
Pantang tolak dan menyerah
Bila aku tiada
Wajiblah dinda bangga
Kanda gugur sebagai pahlawan
Salam sayang
Meulaboh 10 Mei
2003
Terus berkarya, teruskan!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar