Sabtu, 29 Mei 2010

Ayo Tulis dan Kirimkan Karyamu


Ini informasi penting bagi Anda yang suka menulis. Tulisan Anda tentu ingin diterbitkan dalam bentuk buku, bukan? Nah, ini kesempatan baik. JP BOOKS, sebuah penerbit Jawa Pos Group membutuhkan naskah buku yang bermutu.

Fiksi
Novel religi, novel sejarah, novel perjalanan, novel keluarga, novel budaya, novel politik, dll. Yang dibutuhkan adalah novel yang bermakna, membangun, mendidik, dan mengandung nilai-nilai positif.

Nonfiksi
Buku-buku umum: agama, motivasi, teknologi, tips-tips, how to, kesehatan, pendidikan, anak-anak, dll.
Buku-buku penunjang pendidikan: referensi, pengayaan, soal-soal dan solusinya, dll.

Kriteria:
-Naskah diketik komputer (fonts Times New Roman; ukuran 12 spasi 1,5; ukuran A4).
-Bahasa baik dan mudah dipahami.
-Susunan naskah/kerangka terstruktur (sistematis).
-Naskah memuat kelengkapannya (biasanya nonfiksi), seperti: kata pengantar, daftar isi, daftar istilah, daftar pustaka, dan lainnya yang diperlukan.
-Naskah yang dirimkankan bisa berupa print-out atau soft file.
-Naskah yang dikirim disertai biodata dan fotocopy KTP yang masih berlaku.

Alamat JP BOOKS:
Jl. Karah Agung No. 45 Surabaya Jatim Tlp. 031-8289999 ekstensi 303, 302
Contact person:
HP. 085755176691
email: windriarini@hotmail.com

Selasa, 18 Mei 2010

Boikot Facebook: "Facebook, Respect My Privacy!!"


Protes terhadap sikap Facebook yang mengabaikan perlindungan atas hak kerahasiaan pribadi penggunanya, semakin marak.

Seperti dikutip dari situs BBC, para senator di Amerika Serikat mengeluarkan seruan publik kepada Facebook untuk memikirkan ulang kebijakan perlindungan privasi para pengguna Facebook.

American Civil Liberties Union (ACLU) bahkan mengeluarkan petisi yang ditujukan kepada pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. ACLU meminta Zuckerberg untuk menyediakan cara untuk mengontrol semua informasi yang di-share pengguna melalui Facebook.

Badan resmi yang mengurusi proteksi data konsumen juga menyebut perubahan kebijakan privasi Facebook sebagai langkah yang tidak bisa diterima.

Sorotan tajam tengah dialamatkan kepada Facebook karena jejaring sosial terpopuler itu tak memberlakukan opsi privasi Opt in. Dengan demikian secara standar default, informasi pengguna seperti postingan, foto, serta data-data profilnya akan bisa dilihat secara publik.

Beberapa waktu lalu, fitur baru yang diluncurkan Facebook, Instant Personalization, juga memicu terungkapnya data-data pribadi para penggunanya. Data-data pribadi seperti email pengguna Facebook bisa dijebol dengan metode cross site scripting melalui lubang yang dijumpai dari situs Yelp.

Selain itu percakapan pribadi para Facebooker yang menggunakan chatting box di Facebook juga sempat bocor dan dapat diintip oleh para pengguna lain.

Ini memicu para pengguna Facebook melakukan protes. Charlotte Crockett, pemuda 29 tahun asal Belanda, adalah salah satu dari lebih dari 100 ribu pendukung grup yang menamakan diri "Facebook, Respect My Privacy!" yang dibuat oleh organisasi MoveOn.org. Grup ini mendesak Facebook untuk juga melakukan perubahan pada kebijakan privasi.

"Saya sangat prihatin terhadap orang-orang yang tidak mengerti bagaimana sebaiknya mereka membatasi informasi yang mereka share di facebook. Rekan-rekan seusia saya saja masih banyak yang belum mengerti, bahkan contohnya orang tua saya," kata Crockett kepada abcnews.

Untuk memancing kesadaran para Facebooker lain agar lebih perhatian dengan hak kerahasiaan data pribadi mereka, sebagian pengguna Facebook juga membuat sebuah situs parodi bernama Youropenbook.

Di situs itu, ditampilkan postingan-postingan lucu dan memalukan dari pengguna Facebook, yang mereka siarkan secara tak sadar karena mereka tidak melakukan penyetelan privasi secara benar.

Misalnya saja postingan seorang karyawan yang mengaku bolos dari kerjaan mereka, atau status yang memuat pengakuan tentang seorang karyawan yang mengerjai atasannya, dan lain-lain.

Bahkan perlawanan para pengguna Facebook berekskalasi pada rencana untuk memboikot Facebook. Para pengguna Facebook mendirikan gerakan Facebookprotest.com, berencana untuk memboikot Facebook pada 6 Juni 2010 mendatang.

Pada hari itu, para pendukung gerakan ini meminta kepada para pengguna Facebook untuk tidak sign-in ke Facebook sepanjang hari itu, untuk mendukung gerakan mereka.

Ketidak-sensitifan Facebook menanggapi keresahan para pengguna Facebook akhir-akhir ini memang memicu gelombang gerakan antipati terhadap situs jejaring sosial itu.

Bila seseorang mengetikkan kata-kata "How to quit..." di kolom pencarian Google, secara otomatis mesin pencari akan meneruskan rangkaian kata tersebut menjadi kalimat "how to quit Facebook" di barisan teratas.

Hal itu disebabkan banyaknya pencarian di internet tentang cara untuk berhenti menggunakan Facebook. Di bawahnya, baru hasil pencarian lain mengikuti, seperti cara menghentikan kebiasaan merokok, cara berhenti dari pekerjaan, dan cara berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol.

Belakangan beberapa Facebooker berpengaruh seperti Peter Rojas, Matt Cutts, Leo Laporte, Cory Doctorow juga memilih menutup akun mereka di laman jejaring sosial itu. (hs)


sumber: VIVAnews.com

Senin, 17 Mei 2010

puisi: BIARIN!!!!!!

Kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin

Habisnya, terus terang saia, aku nggak percaya sama kamu
Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana
Cuman, karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang seperti itu

Kamu bilang aku bajingan. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku perampok. Aku bilang biarin

Soalnya, kalau aku nggak jadi bajingan mau jadi apa coba, lonte?
Aku laki-laki. Kalau kamu nggak suka kepadaku sebab itu
Aku rampok hati kamu. Toh nggak ada yang nggak perampok di dunia ini.

lya nggak? Kalau nggak percaya tanya saja sama polisi

Habisnya, kalau nggak kubilang begitu mau apa coba
Bunuh diri? Itu lebih brengsek daripada membiarkan hidup ini berjalan seperti kamu sadari sekarang ini

Kamu bilang itu melelahkan. Aku bilang biarin
Kamu bilang itu menyakitkan


Karya: Yudhistira Adi Nugraha

NB: Yudhistira adalah sastrawan/penyair yang dulu pernah mengklaim lagu DEWA 19 yang berjudul Arjuna Mencari Cinta adalah karyanya.

Sumber: dari blog tetangga

Sabtu, 15 Mei 2010

HACHIKO, Kisah Anjing Setia Sampai Mati!!! (part 1)


Hachiko; A Dog's Story

Sutradara : Lasse Hallström
Pemain : Richard Gere,Joan Allen,Sarah Roemer, Erick Avari
Jason Alexander,Davenia McFadden,Kevin De Coste,Tora Hallstrom,Rubbie Sublet,Chico,Layla,Forrest.
Tanggal rilis : 8 agustus 2009
Durasi : 104 min.

Film yang didasarkan pada kisah nyata ini diawali dengan suasana kelas sebuah sekolah dasar di Amerika yang gurunya menyuruh murid-muridnya bercerita tentang tokoh yang menjadi idolanya. Pada awalnya semua murid bertepuk tangan ketika seorang murid perempuan bercerita tentang tokoh idolanya yaitu Columbus.


Berikutnya maju seorang murid laki-laki bernama Ronnie yang mengatakan bahwa idolanya adalah Hachiko. Siapakah Hachiko? Ternyata Hachiko adalah nama seekor anjing jantan yang dipelihara kakek Ronnie yaitu Profesor Parker Wilson.
Semua murid tentu saja tertawa mendengar Ronnie mengatakan bahwa idolanya adalah seekor anjing tetapi mereka kemudian sangat terharu kemudian bertepuk tangan ketika mendengar Ronnie bercerita tentang kesetiaan Hachiko pada Profesor Parker, begini ceritanya:


Pada awalnya, kakek Ronnie yaitu Prof. Parker yang dosen seni musik itu menemukan seekor anak anjing jantan berusia 2 bulan di airport. Berdasarkan tulisan Jepang yang ada di kalung anak anjing itu, diketahui anak anjing itu bernama Hachi yang dalam bahasa Jepang berarti 8 (angka keberuntungan bagi orang Jepang), biasa juga dipanggil Hachiko karena “ko” adalah sebutan di Jepang untuk anak-anak.



Prof. Parker sudah berusaha mencari pemilik Hachi bahkan istrinya yang bernama Cate Wilson sampai memasang poster dimana-mana tetapi tidak juga ketemu siapa pemiliknya. Prof. Parker juga sudah menawarkan Hachi kepada teman-temannya untuk dipelihara tetapi tidak ada yang mau. Akhirnya terpaksa Prof. Parker sendiri yang memelihara Hachi dan ternyata mereka berdua bisa saling cocok sampai Hachi sudah menjadi anjing dewasa.



Setiap harinya, Prof. Parker berangkat bekerja dengan naik kereta api. Begitu setianya Hachi pada Prof. Parker sehingga setiap pagi selalu mengantar Prof. Parker berangkat bekerja sampai ke stasiun kereta api.
Karena anjing dilarang naik kereta api, Prof. Parker terpaksa meninggalkan Hachi di stasiun. Betapa setianya Hachi karena dia selalu menunggu di stasiun sampai Prof. Parker kembali di stasiun itu pada sore harinya. Hal itu berlangsung terus selama 3 tahun.



Sampai terjadi peristiwa yang mengharukan ini. Ketika sedang mengajar, Prof. Parker terkena serangan jantung dan akhirnya meninggal dunia. Hachi tidak tahu bahwa Prof. Parker telah meninggal dan terus menunggu di stasiun sampai malam.
Akhirnya Hachi pulang ke rumah setelah putri Prof. Parker yang bernama Andy Wilson dan suaminya menjemput Hachi. Tetapi di rumah Hachi terlihat selalu sedih dan tidak mau makan.



Untuk menghilangkan kesedihan Hachi, Andy mengajak Hachi tinggal di rumahnya. Tetapi hal itu sia-sia karena Hachi terus-menerus terlihat murung. Bahkan akhirnya Hachi lari dari rumah Andy dan dengan menyusuri rel kereta api, Hachi sampai di stasiun tempat ia biasa menunggu Prof. Parker. Hachi kembali menunggu Prof. Parker di stasiun itu.

Andy dan suaminya akhirnya kembali menemukan Hachi di stasiun dan berhasil mengajaknya pulang. Tetapi percuma saja, di rumah Hachi terus saja murung.
Akhirnya dengan berat hati, Andy terpaksa membiarkan Hachi kembali ke stasiun menunggu Prof. Parker yang tentu saja tidak akan pernah kembali lagi.

Luar biasa kesetiaan Hachi pada tuannya, Hachi terus menunggu Prof. Parker di stasiun dan tidak peduli pada cuaca sedang turun hujan atau salju selama 10 tahun !
Selama itu Hachi tidak mati kelaparan karena diberi makan oleh para sahabat Prof. Parker yang berjualan di stasiun. Selain itu, seorang wartawan juga sudah mempublikasikan kisah Hachi sehingga banyak orang bersimpati dan memberi sumbangan kepada Hachi. Tetapi akhirnya Hachi semakin tua dan lemah kemudian akhirnya meninggal dunia di stasiun.


Opini saya tentang film ini:


Setelah film My Name is Khan, saya menonton lagi film yang benar-benar mengharukan. Tidak hanya karena ceritanya tetapi karena akting pemainnya yang bagus. Bahkan akting anjing pemeran Hachi pun luar biasa hebatnya, gerakan tubuh dan ekspresi wajah sang anjing benar-benar meyakinkan sekali. Hebat juga pelatih anjingnya dan juga si anjing itu sendiri.
Apalagi dengan ilustrasi musik yang juga sesuai dengan jalan cerita.

Awalnya ada teman saya merekomendasikan film ini, saya tertarik. Waktu teman saya bilang "pasti kamu terharu dan nangis", ah masa??? pikir saya. Ternyata penolakan saya untuk tidak menangis terpatahkan oleh argumen teman saya tadi. Dan mengucurlah air mata saya, tidak berhenti sampai film itu selesai, MENGHARUKAN SEKALI!!!!!

Kisah Hachiko memang diangkat dari kisah nyata yang sangat legendaris tetapi lokasinya tidak di Amerika melainkan di Jepang. Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di propinsi Odate Jepang sekitar tahun 1923 dan dipelihara oleh seorang Professor di Universitas Tokyo bernama Hidesaburo Ueno.

Seperti cerita pada film ini, Hachiko yang tidak tahu bahwa Prof. Hidesaburo Ueno sudah meninggal dunia, terus menunggu kepulangan Prof. Hidesaburo Ueno di Stasiun Shibuya Tokyo selama 9 tahun. Sampai akhirnya Hachiko meninggal di Stasiun Shibuya pada tahun 1934.

Untuk menghormati kesetiaan Hachiko yang luar biasa itu, di depan Stasiun Shibuya tempat Hachiko biasa menunggu majikannya dibangun patung Hachiko dari perunggu yang bentuknya seperti gambar berikut ini:


Agar lebih lengkap, berikut ini saya tampilkan foto asli Hachiko:


Dan ini majikan Hachiko, Profesor Hidesaburo Ueno:


Kisah Hachiko yang luar biasa itu terus dikenang sebagai lambang kesetiaan oleh rakyat Jepang sampai sekarang.

Jumat, 14 Mei 2010

Amerika di Balik "My Name Is KHAN"

Sesungguhnya My Name Is Khan yang beredar sejak tengah Februari di gedung-gedung bioskop Jakarta, adalah sebuah film India biasa yang berkisah tentang percintaan antar-manusia. Tapi tempat kejadian atau setting yang diambil, San Francisco, Amerika Serikat, setelah dua menara kembar WTC, New York, rubuh ditubruk pesawat bajakan teroris, 11 September 2001, membuat film ini berbeda.

My Name Is Khan menjadi media untuk memberitahukan dunia apa yang sesungguhnya terjadi di Amerika Serikat pada waktu itu. Lebih penting lagi: inilah film yang mengungkapkan penderitaan kaum Muslim Amerika Serikat setelah serangan teror World Trade Center (WTC), sesuatu yang selama ini tak banyak diketahui publik dunia.


Mereka menjadi korban fitnah, dituduh teroris oleh polisi atau FBI. Tak terhitung jumlah yang ditangkap, untuk belakangan dilepaskan karena tak ada bukti. Itu masih belum apa-apa. Tak terhitung jumlah Muslim jadi korban pengeroyokan atau penganiayaan dari orang-orang Amerika yang marah di jalan-jalan. Para wanita dibuka paksa jilbabnya. Tak terhitung rumah atau properti milik Muslim dijarah atau dirusak. Semua tindakan itu rasis. Betapa tidak?

Ada segerombolan orang Arab yang konon dipimpin Usamah Bin Ladin dituduh melakukan teror dengan menubrukkan pesawat terbang ke gedung World Trade Center. Akibatnya, dua menara kembar itu rubuh, dan sekitar 3000 orang di dalamnya tewas. Sungguh peristiwa yang mengerikan.

Tapi mengapa kemudian yang menjadi korban pembalasan adalah ummat Islam di Amerika Serikat -- berjumlah sekitar 7 juta di antara 300 juta penduduk Amerika Serikat -- yang tak tahu menahu peristiwa teror itu? Jelas ini adalah akibat sikap rasisme yang bersemayam di lubuk hati banyak orang Amerika Serikat. Sikap rasis inilah dulu yang mengakibatkan musnahnya orang Indian dari Benua Amerika, atau menyebabkan terjadinya perbudakan selama ratusan tahun terhadap orang hitam dari Afrika.

Peristiwa rasisme kepada Muslim setelah 11 September memang sungguh memalukan. Soalnya, Amerika Serikat selama ini selalu ditonjolkan sebagai negara kampiun demokrasi, pendukung persamaan hak, dan pelindung hak azasi manusia. Tapi melalui My Name Is Khan dipertontonkan betapa jelek Amerika Serikat setelah 11 September 2001. Polisinya jelek, wartawannya jelek, tetangganya jelek, bahkan remajanya pun jelek. Semua tak bersahabat. Semua penuh kebencian dan rasis.

TANPA TARI DAN NYANYI
Seperti disebutkan di atas, My Name Is Khan adalah film percintaan yang romantik. Sebagaimana kebanyakan film Bollywood, ia kemudian menjadi melankolis, penuh adegan menguras air mata, untuk kemudian semua berakhir happy ending.


Rizwan Khan (diperankan aktor paling top dunia saat ini dari Bollywood, Shah Rukh Khan) seorang pemuda Muslim asal Mumbai, India, pergi merantau ke San Francisco, atas sponsor adik kandungnya, Zakir, yang sudah lebih dulu menetap di sana, dan sukses.

Rizwan penderita Asperger’s syndrome, semacam penyakit Autis yang lebih ringan. Hal itu membuatnya tampak beda dengan manusia lain. Ia sangat cerdas, mampu memperbaiki nyaris semua jenis mesin, tapi kesulitan berinter-aksi dengan orang baru. Ia amat takut warna kuning.

Atas bantuan Zakir, Rizwan bekerja sebagai pramuniaga produk kecantikan yang terbuat dari herbal. Semua tampak berjalan lancar. Rizwan, Zakir dan istrinya, Haseena, seorang psikolog yang memakai jilbab, tampak hidup rukun. Mereka taat beribadah.



Dalam pekerjaan, Rizwan berkenalan dengan seorang perawat kecantikan, Mandira (diperankan artis nomor 1 India, Kajol Devgan). Mandira, menjalani hidup sebagai janda dengan satu anak, Sameer alias Sam, setelah ditinggal pergi suaminya.

Singkat cerita, Rizwan dan Mandira terpaut asmara lalu menikah dan menetap di luar San Francisco, di tempat mana mereka mengusahakan salon kecantikan kecil. Mandira mau pun Sameer menambahkan Khan di belakang nama mereka. Keluarga ini akrab dengan tetangganya, Mark, seorang wartawan dengan istri (Sarah) dan seorang anak (Reese).

Semua tampak berbunga-bunga. Tapi berbeda dengan film India biasa, di sini tak ada adegan tarian dan nyanyian untuk resep penyedap. Gantinya, sejumlah lagu dimunculkan sebagai ilustrasi untuk adegan tertentu. Dengan demikian film itu tetap terasa India.

Tapi kemudian datanglah peristiwa 11 September celaka itu. Mark, tetangga mereka yang wartawan, ditugaskan meliput perang di Afghanistan, dan terbunuh di sana. Sejak itu, sang anak, Reese, teman akrab Sameer, berubah menjadi musuh. Karena nama Khan di belakang namanya, Sameer dianggap Reese sebagai orang Afghanistan. Orang-orang lain pun memusuhi mereka.

Nasib Haseena lebih parah. Dia dikeroyok sejumlah lelaki di jalan hanya karena memakai jilbab. Penduduk Muslim lainnya mengalami nasib sama: toko dirusak, rumah ditimpuk, atau orangnya dikeroyok. Malah tak sedikit orang India penganut Sikh – memakai serban di kepala – turut jadi korban karena disangka orang Afghanistan yang Muslim. Jadi sekali lagi, semua ini menggambarkan betapa sikap rasis masih berkembang subur di dalam masyarakat Amerika Serikat.

Nasib paling parah diterima Sameer. Diawali pertengkaran dengan Reese, Sameer dikeroyok sejumlah remaja bule hanya karena kulitnya hitam. Sebenarnya Reese mencoba menyelamatkan Sameer, tapi tak berhasil. Sameer yang sekarat sempat dibawa ke rumah sakit namun nyawanya tak tertolong.

Rizwan sedih sekali karena ia sangat akrab dengan putra tirinya itu. Tapi yang terguncang adalah sang ibu, Mandira. Ia anggap ‘’bencana’’ yang menimpa mereka karena nama Khan di belakang namanya dan Sameer. Maka Rizwan sebagai biang bencana ia usir. Ia perintahkan Rizwan mengatakan kepada orang Amerika, termasuk Presiden Amerika Serikat: bahwa namanya Khan, tapi ia bukan teroris (My name is Khan, and I am not a terrorist).


Rizwan pun dengan ikhlas melakukan pekerjaan itu. Ia mengembara seorang diri. Dalam pengembaraan, ia sempat menghadiri sebuah acara terbuka yang dihadiri Presiden George W.Bush. Ia mendekati Presiden sembari terus berteriak: My name is Khan, I am not a terrorist. Belum sempat teriakan itu didengar Bush, para pengawal meringkusnya karena dicurigai sebagai teroris.

Apa yang ia alami, sungguh menyakitkan: ia dimasukkan ke ruangan dengan suhu yang panas, lalu dipindah ke ruangan yang amat dingin. Berbagai siksaan lainya harus ia terima. Toh akhirnya ia harus dibebaskan karena tak terbukti sebagai teroris. Itu juga berkat bantuan tiga wartawan asal India.

Nama Rizwan kemudian melambung menjadi pahlawan di televisi, karena menolong penduduk sebuah desa di Georgia yang diterjang banjir. Kebetulan penduduk desa itu orang hitam dan sama sekali tak dapat bantuan dari mana pun. Setelah berita ramai di televisi, bantuan datang dari orang-orang Muslim yang dikoordinasikan Haseena dan suaminya, Zakir.

Adegan ini tampaknya diilhami tragedi banjir bandang di New Orleans akibat terpaan badai Katrina pada 2005. Mayoritas korban banjir ini orang hitam dan berhari-hari tak dapat bantuan dari pemerintah. Peristiwa ini menyebabkan Presiden Bush diterpa kecaman keras terutama dari masyarakat kulit berwarna Amerika Serikat.



DI GUJARAT, 2000-AN MUSLIM DIBUNUH

Maka sekarang happy ending itu tiba. Mandira terhibur setelah polisi menangkap para remaja yang membunuh anaknya, berkat kesaksian Reese yang merasa bersalah atas tragedi itu. Mandira pun mencari Rizwan ke Georgia. Mereka berdua kemudian menghadiri sebuah acara pertemuan Presiden Barack Obama yang baru terpilih menggantikan George Bush, dengan para pendukungnya.

Mereka berhasil bertemu dengan presiden baru itu. ‘’Namamu Khan dan kau bukan teroris (Your name is Khan and you are not a terrorist),’’ ujar Presiden Obama kepada Rizwan di hadapan ribuan pendukungnya.

My Name Is Khan dirilis pertama kali di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 10 Februari lalu. Dua hari kemudian, barulah film ini beredar di Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan bagian dunia lainnya. Di berbagai tempat film ini dikabarkan memecahkan rekor penonton film India, seperti di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. Tampaknya My Name Is Khan hanya tambah memperkuat dominasi Bollywood atas perfilman dunia sekarang ini, setelah melangkahi Hollywood.

The New York Times, 13 Februari lalu, dalam resensinya menyebutkan adalah menarik melihat Amerika melalui lensa Bollywood, sekali pun yang diceritakan cuma dongeng. Misalnya, yang paling mengesankan tentang hubungan antara orang Muslim (India) dengan orang hitam Amerika Serikat di dalam film. ‘’Khan dengan mudah memancing air mata, sembari mengajarkan tentang Islam dan toleransi,’’ tulis koran Amerika Serikat itu.

Toleransi? Kata-kata itu tampaknya semakin sulit dipraktikkan sekarang. Di India sendiri, film itu beredar di tengah ancaman kekerasan tanpa toleransi dari para pendukung Shiv Sena, partai Hindu radikal dan sangat anti-Islam.

Sejumlah gedung bioskop tak berani memutar My Name Is Khan. Ketika film ini dirilis di Mumbai, kota utama dan pusat perfilman India, 12 Februari lalu, ribuan polisi terpaksa dikerahkan mengawal gedung bioskop dari aksi Shiv Sena. Kelompok itu sempat menurunkan pamplet dan poster film dari berbagai gedung bioskop. Guna mengamankan pemutaran film sekitar dua ribu pendukung partai radikal itu terpaksa diamankan polisi.

Sebenarnya aksi Shiv Sena, menurut banyak pengamat, berfokus pada pemeran utama film itu, Shah Rukh Khan, yang kebetulan beragama Islam. Khan yang oleh Majalah Newsweek dicantumkan sebagai salah satu dari 20 tokoh paling berpengaruh dunia, sedang berada di luar negeri mempromosikan filmnya, ketika Shiv Sena beraksi di Mumbai.

Melalui twitter Khan menulis bahwa ia tak ingin filmnya mengganggu suasana kota kelahirannya itu. ‘’Saya harap perdamaian menang dan Kota dalam keadaan tenang,’’ tulisnya. Untuk diketahui penduduk Muslim yang berjumlah 140-an juta di antara 1 milyar penduduk India, beberapa kali menjadi korban kekerasan dari kelompok mayoritas Hindu.

Di Mumbai, misalnya, di tahun 1993 meletus kerusuhan anti-Islam yang antara lain dikobarkan Partai Shiv Sena. Pada tahun 2002, meletus kerusuhan anti-Islam di Gujarat selama beberapa bulan, menyebabkan 2000-an Muslim terbunuh.

Seperti ditulis Profesor Martha Nussbaum, pakar hukum dan etik dari University of Chicago di dalam bukunya The Clash Within (Harvard University Press, 2008), pembunuhan kaum Muslim di Gujarat oleh kelompok radikal Hindu amat kejam. Yang dibantai bukan hanya wanita dan anak-anak. Wanita hamil dikeluarkan oroknya, lantas dilemparkan ke tengah kobaran api. Pemerkosaan wanita Muslim banyak terjadi.

Yang lebih parah, kerusuhan ini melibatkan institusi polisi, intelijen, atau birokrat Hindu, bahkan Ketua Menteri Negara Bagian Gujarat, Narendra Modi. Setelah kerusuhan banyak properti milik Muslim yang ditinggal lari, diambil alih orang-orang Hindu. Itulah yang terjadi di India, yang sering dibanggakan sebagai negeri demokratis itu.


Sumber: suara-islam.com, vivanews.com_oleh: Amran Nasution

Senin, 10 Mei 2010

Lelaki dalam Kata-kata

Mengapa harus seperti itu?
Lelaki dalam kata-kata
Terjebak dalam makna yang mengambang
Pada akhirnya luruh,
Luruh pada Oktober yang hanya diam

Begitulah dirimu,
Hilang ketika hadir sesaat
Sebagai mimpi yang terpotong
Ada yang terkais untuk kubungkus
Tidak untuk dilupakan
Bukan untuk dibuang
Jengah pula untuk dilihat
Karena ruangku telah sesak

Apapun itu,
Aku pernah menanti kepulanganmu
Menunggu kata di gerbang malam
Lelakiku,
Saat itulah
Kau berada pada titik jenuh
Pergilah...........

-Malang, 2008/AmboinaShan.



Ini adalah puisi karya temanku yang berada nun jauh di sana, di pulau yang -sepintas- mirip dengan huruf romawi ke sebelas. Teman seperjuangan semasa bertarung dengan kata-kata dan melambung bersama layang-layang.

Aku dan dia, memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memuja makhluk lelaki -tanpa melupakan keindahan wanita. Cerita pendek (cerpen)-nya yang berjudul Lelaki dan Layang-layang yang pernah dimuat di koran Jawa Pos 2008 adalah salah satu bentuk apresiasi tingginya kepada sang makhluk lelaki.

Lama sebelum dia, aku telah pernah menulis beberapa puisi yang begitu membanggakan kaum lelaki. Aku dan dia, sama-sama mengolaborasi satu cinta dan perasaan untuk meleburkan diri dalam kata-kata penuh makna.

Aku dan dia, tak pernah saling bertanya apa sebab kita mengapresiasi tinggi kaum lelaki. Hanya kata kita yang mampu menerawang jawabannya. Lelakiku... Lelakinya... memang tak akan sama. Aku dan dia saling berdoa, semoga lelaki kita adalah satu-satunya perisai tertangguh yang pasti kita miliki.

Lelakiku, adalah pendamping hidupku hingga akhir hayatku. Lelakinya, adalah pendamping hidupnya hingga akhir hayatnya. Aku dan dia hanya mampu berkata lirih dalam hati, bahwa kami hanya mencintai lelaki kami. Bukan lelaki orang lain. Semoga bahagia.



Salam sayang dari jauh, dari aku dan lelakiku.

Sabtu, 08 Mei 2010

PRESIDEN TERBAIK DI DUNIA!!!



Semoga ini menjadi bahan renungan kita, terutama orang kalangan atas (pejabat, menteri, bahkan Presiden sekalipun)!!

Presiden Iran saat ini: Mahmoud Ahmadinejad, ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:

“Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?”
Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya:
“Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggungjawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”


Berikut adalah gambaran Ahmadinejad yang belum tentu orang ketahui, dan akan membuat orang terheran-heran serta takjub:

Saat kali pertama menduduki kantor kepresidenan, Ia menyumbangkan seluruh karpet istana Irang yang sangat tinggi nilainyaitu kepada masjid-masjid di Taheran dang menggantinya dengan karpet biasany yang mudah dibersihkan.


Ia mengamati bahwa ada ruang yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruang biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat imprisive.





Di banyak kesempatan Ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.

Di bawah kepemimpinannya, saat Ia meminta menteri-menterinya untuk datang kepadanya dan menteri-menteri tersebut akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani, berisikan arahan-arahan darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri-menterinya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri-menteri tersebut berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak (tanpa rasa malu akibat KKN).

Langkah pertamanya adalah Ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran, rekening banknya yang bersaldo minimum, dan satu-satunya uang pemasukannya adalah uang gaji bulanannya.


Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250!!

Sebagai tambahan informasi, Presiden Ahmadinejad masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinya sebagai seorang presiden dari negara yang penting, baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan Ia bertugas untuk menjaganya.



Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yang selalu dibawa sang Presiden tiap hari dan selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan Ia memakannya dengan gembira, Ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk dirinya sebagai Presiden.

Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.




Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri-menterinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan Ia memotong protokoler istana, sehingga menteri-menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara-upacara seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal semacam itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.




Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena Ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi Presiden??? Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal-pengawalnya yang selalu mengikuti ke manapun Ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto-foto yang diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media massa di seluruh dunia, termasuk Amerika.


Sepanjang sholat, Anda dapat melihat bahwa Ia (seorang Presiden) TIDAK HARUS duduk di barisan paling depan!!



Bahkan ketika suara azan berkumandang, Ia langsung mengerjakan sholat di manapun Ia berada. Meskipun hanya beralaskan karpet biasa!!!


Baru-baru ini Ahmadinejad mempunyai Hajatan Besar, yaitu menikahkan putranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini terlihat layaknya pernikahan kaum Buruh!!!!

Berikut dokumentasi pernikahan seorang putra Presiden Iran!!


Foto acara pernikahan dari putra (tengah) Ahmadinejad


Sebegitu sederhanakah dia??????????

Lalu bagaimanakah dengan Presiden, para pejabat, serta menteri kita????
Mari berintrospeksi diri!!!



sumber: http://aamboyz.blogspot.com (dengan sedikit pengubahan)

Rabu, 05 Mei 2010

SERIMPI - Sebuah Dedikasi untuk Perempuan

Judul Buku : Serimpi: Sebuah Dedikasi untuk Perempuan

Penulis : Rohana Handaningrum

Penerbit : Jaring Pena

Cetakan : Pertama, Januari 2010

Tebal : 138 halaman

Penerbit : Jaring Pena - PT JePe Press Media Utama (Jawa Pos Group) Surabaya


Perjuangan keras manusia demi pengutuhan diri dalam sejarah umat manusia tak kunjung usai. Usaha ini tergambar jelas dari pergulatan sikap romantisme dalam dirinya, sekukuh romantisme itu sendiri. Keduanya saling mendaku dalam menempatkan antara sesuatu dunia yang diidealkan dan harapan akan memboyong cinta yang harmonis dengan Tuhannya.

Pendeknya, di satu sisi berkawan dengan pikirannya, di sisi lain bergelut dengan keindahan mimpi dan perasaannya yang mendalam.

Inilah yang hingga dewasa ini masih pula diperdebatkan apakah keduanya bisa berdamai dalam satu kenyataan (realisme) ataukah saling dipertentangkan (hiperrealisme). Pandangan kritis tersebut, nampaknya juga berdampak pada estetika dunia fiksi, tak terkecuali prosa, meskipun dengan kerendahan hati prosa senantiasa sanggup menampung keduanya—realisme, lukisan khayal, bahkan mimpi. Kendati pada sisi lain kerendahatian fiksi juga mengambil resiko kesanggupan untuk menampung apapun: melodrama sekaligus tragedi yang berdiam atau melintas pada diri tokoh-tokohnya.

Mengutipi kamus sederhana Simpliology-nya Mark Joyner, melodrama sebagai situasi yang tidak bisa dihindari, terlepas dari usaha terbaik sang korban peristiwa dan tragedi sebagai lakon yang menggambarkan berbagai peristiwa malang akibat kelemahan karakter seseorang. Pada melodrama, ada takdir yang menempatkan dirinya dalam situasi hitam atau putih. Sementara tragedi lebih menyingkap kesanggupan untuk mengampu pada keyakinan yang hidup dan tumbuh dalam dirinya. Semacam konflik dalam diri akibat tragika antara nasib dan kebebasan, antara “hukuman” dan hasrat jiwa.

Titik temu dari silang sengkarut itu ada pada kualitas karakter tokoh-tokoh secara psikologis—meski sudah barang tentu sonder lepas dari aspek sosiologis. Ada tiga demensi yang terbentuk karenanya, yang dalam bahasa Giddens disebut motivasi tak sadar (unconciuous motives), kesadaran praktis (practical consciousness) dan kesadaran diskursif (discursive counsciousness). Pada dunia fiksi, ketiga-tiganya tentu bisa berkecamuk dalam satu dunia, meski tentu ada yang mendominasi.

Membaca sebagaian besar cerita-cerita dalam kumpulan cerpen Serimpi, karya Rohana Handaningrum bergerak dalam pergumulan itu. Ada dominasi tampilan kesadaran diskursif yang mengacu kepada kapasitas penulis baik antar teks maupun melalui tokoh-tokohnya untuk merefleksikan secara rinci serta eksplisit dibanding dua kesadaran yang lain. Utamanya, kesadaran itu tampak jelas pada penggunaan “teks lain.” Hal ini mengingatkan gaya penyampaian novel laris The Name of The Rose-nya Umberto Eco. Seakan-akan ada intertektualitas di setiap satu cerita. Teks lain yang mendahului setiap cerita jelas dimaksudkan sebagai suatu dunia yang diidealkan, sementara cerita itu sendiri adalah dunia yang lain.

Pada Serimpi nampak sekali masalah psikologi yang tidak pernah tuntas di dunia keilmuan, ternyata telah sanggup dilampaui dalam dunia fiksi—cerita pendek. Bahkan sebaliknya penulis punya keberanian untuk menyoal, menggugat, atau setidaknya mempertanyakan. Keberanian yang berbekal kepekaan dan kecerdasan untuk tidak hanya menerima “dunia” apa adanya. Mungkin dalam pengertian sastra bukan kecerdasan yang sungguh-sungguh ada pada Rohana. Melainkan kejujuran. Kejujuran serta kerendahan hati bahwa ia memang berbakat untuk mempersoalkan, mempertanyakan, menggugat kehidupan yang melintas padanya.

Dimatanya, bahkan dengan kacamata psikologi, terlalu banyak yang disaksikan dunia ini omong kosong, ketidakseimbangan, atau lebih tepatnya potongan-potongan yang tidak utuh, karena dalam ilmu psikologi pun nyata-nyata otak terlampau mendominasi. Karena itu, Rohana mempertimbangkan sungguh selain penguasaan ilmu psikologi yang cukup matang, ia sangat perlu menghadirkan hati—kepekaan rasa kemanusiaan dan ketuhanan yang dalam bahasa saya sebetulnya keberanian untuk menciptakan ketegangan antara yang imanensi dan transendensi.

Karena itu, ia cukup tahu ketika memasuki wilayah ini merupakan wilayah kunci sekalipun tidak secara eksplisit memihak kepada yang benar atau yang salah, yang hitam atau yang putih. Hati punya ukurannya sendiri, juga tentang kebenaran. Bahkan hatipun punya nalarnya sendiri. Yang menarik sebelum cerita-ceritanya “menusuk hati” penulis memang sedang berjuang untuk tidak sunguh-sungguh memilih dikotomi benar-salah, hitam-putih. Ia sadar tak sudi terjebak nalarnya sendiri yang dalam keseluruhan cerpennya membuktikan ketakharmonisan, ketakadanya pengutuhan kualitas hidup. Di otaknya ia terus bergolak bahwa pikiran orang lain telah sedemikian masif menggergaji bagian-bagian tubuh (perempuan).

Dengan sadar dan ketaksadarannya yang tinggi cerita-ceritanya ditulis atas spirit mengutuhkan rasa kemanusiaan itu. Sebagai seorang yang paham psikolog, apalagi jebolan jurusan psikologi, tentu Rohana telah menyentuh wilayah apa yang disebut Gustav Jung bahwa setiap benda padat memiliki sisi-bayangnya sendiri. Bagian bayang dari pikiran adalah bagian esensial dari bentuknya. Mengingkari bayangannya sendiri berarti kehilangan kepadatan, menjadi semacam hantu.

Dari sinilah kemudian, ia berpendapat pengakuan atas sisi gelap manusia ini sangat penting kalau kita ingin mencapai kepenuhan integritas diri dan bertindak secara lebih realitis. Penulis pun tak lupa mempertanyakan siapa sebetulnya yang menciptakan sisi gelap dan terang kenyataan hidup di semesta ini? Sebagai dunia fiksi, cerpen-cerpen Rohana memang tak menjawab pasti pertanyaan itu. Barangkali cerpen-cerpennya dimaksudkan menyelipkan jawaban atas pertanyaan itu dalam bentuk pesan. Akan tetapi pesanpun dalam dunia fiksi tidak terlampau penting. Justru yang terpenting dalam fiksi adalah kesan dan cerpen-cerpen Rohana cukup berkesan.

Dari sisi mempertimbangkan estetika seperti itu, kirinya Rohana sangat mungkin terhitung pengarang muda yang berbakat. Bukan tidak mungkin kelak di kemudian hari bila ia sanggup mengasah bakat dan kepekaannya, Rohana bisa meledakkan segenap daya kepangarangannya lebih matang. Pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam karyanya (semacam filsafat dalam sastra—meskipun sastra tak menyampaikan ajaran filsafat) tentu bakal lebih esensial. Dalam hal ini sudah tentu wilayah yang dimaksud adalah imajinasi, persepsi, intuisi, interpretasi atas kehidupan dipilihnya menjadi lebih kaya. Sebagai pembaca, terkesan bahwa cerita-cerita Rohana sangatlah inspiratif dan cukup menggugah dari keempat hal tersebut.

Pada cerpen Masokhis misalnya, ia menterjemahkan dan mengajukan penafsiran cinta dengan rasa sakit. Lalu, gadis yang dicap anak haram yang perawan menguji keperjakaan lelaki yang sepuluh tahun lebih tua darinya dalam Parabhen. Cerpen Larasati tak jatuh sentimentil, meski tentang kesulitan tokoh untuk jatuh cinta karena sedang mengalami bisu tuli. Dari sisi teknik penceritaan paling unggul pada Skandal dengan kejutan yang luar biasa mengarah pada berbau mistis atau surealis.

Pada cerpen Sepenggal Aku, ada nuansa yang sangat biografis. Namun dalam fiksi tidak menjadi soal apakah itu biografis atau bukan. Cerpen ini sangat kaya dengan kemungkinan lukisan dan persepsi sosial. Sementara cerpen Serimpi boleh dikata paling kuat mencerminkan pandangan dunia pengarang dalam hal masalah sosial—utamanya masalah kemiskinan yang menjadi background dari hampir keseluruhan cerpen Rohana. Pertanyaan yang tak mudah dijawab dengan analisa yang miskin adalah mengapa Rohana memilih segenap daya kepangarangannya dalam buku ini, mengarahkan mata penanya pada orang-orang miskin?

Kiranya inilah pertanyaan yang menggoda dan tak kalah menariknya yang menjadi bagian paradigma estetika Rohana Handaningrum.


Sumber: dari blog tetangga

Ilustrator Menulis



Dedy Ranggameda, siapa yang tak tahu sepak terjangnya di dunia pensil, kertas, bahkan komputer desain? untuk urusan corat-coret indah, serahkan pada satu orang ini. Lulusan Politeknik Perkapalan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya angakatan 1995 ini memang menggemari dunia karikatur, suka corat-coret alias menggambar.

Ayah dari Salvina ini sekarang -masih- bekerja di penerbit dan toko buku PT JePe Press Media Utama (Jawa Pos Group) Surabaya sebagai ilustrator dan layouter (desain).


Tapi ini kali dia mulai belajar menjajah dunia kata (of course masih berhubungan dengan pensil dan kertas).
Ini nih karyanya yang berbentuk tulisan.




Berikut isi tulisan di gambar tersebut, supaya bisa dibaca dengan jelas:

pagi kemarin aku masih bermain air di pantai
bersama anak dan istriku
kulempar batu menghantam ombak
menertawai burung camar yang serak berteriak

semalam tadi masih kubaca koran
berita soal pembantaian
orang yang tewas oleh peluru
dan tajamnya pisau pembunuh
antara dua penguasa yang mengaku- aku
memiliki ranah nenek moyangku

pagi ini saat kuterbangun
oleh tangisan buah hatiku
dan sapaan manja istriku
terdengar gemuruh nan pilu
dari bibir pantai pulauku

tak sempat ku terhenyak
air bah itu menghantam galak
meluluhlantakan apa yang kusiapkan
untuk anak cucuku kelak

entah ...........
dimana istriku
entah ...........
dimana anakku
jemariku tak bisa lagi menyentuhnya
mata ini tak bisa lagi memandangnya
telingaku tak bisa lagi mendengar suaranya
bahkan aku tak lagi merasakan keberadaannya

hanya jutaan liter air merasuk tubuhku
menyusup dalam pori dan paru- paruku
menuntun aku tanpa belas kasih
menghantam semua benda yang kutemui

aku terbujur kaku
dalam kegelapan
dengan tanganku yang mencoba menggapai
harapan kehidupan
serta tatapan mata berharap kemuliaan

dalam gelap...
dingin.......
anyir.......
sunyi.........
aku gumamkan ribuan juta pertanyaan
pada Yang Maha Esa
Kenapa...?.....mengapa.....?

aku bersyukur
tuhan memanggilku
dengan rengkuhan kuasanya
bukan karena desingan peluru
atau tajamnya pisau pembunuh

aku bersyukur
dalam gelap liang kuburku
kudengar lamat
jutaan saudaraku berdoa untukku
..........................................................
Innalillahi wa inna illahi rojiun

------------------------------------------------------------------------

Bila ku bertugas
Tak Usah dinda cemas

Aku pergi demi negara
Pantang tolak dan menyerah

Bila aku tiada
Wajiblah dinda bangga
Kanda gugur sebagai pahlawan

Salam sayang
Meulaboh 10 Mei
2003


Terus berkarya, teruskan!!!!